Elegi Sebuah Tari
Oleh Wahyu Arya
angin terbaring pada altar
dingin dan kabut menyelusup pecah
di sela-sela jari kakimu
yang terbuka.
kau pun mulai menari
tanpa tetabuhan apapun
di sini.
ketika waktu beku
membahasakan diam
mengucapkan kepedihan
dengan gerakkan-gerakan
ranggas dan getas.
maka meluncurlah isyarat
sebagai keping-keping rengat
pada terjal detak
landai pundak
dan curam sajak
abjad-abjad tersusun dari
ayunan lengan yang patah
lebam paha dan lunak dada.
pada gerak ke tujuh
serasa ada yang rubuh
mungkin separuh ruh
yang mulai ditabuh
dan kau semakin mabuk
pada liuk.
pada peluk
juga penghianatan
yang diam-diam telah
direncanakan.
Serang, Oktober 2010
0 komentar:
Posting Komentar